PELANGGARAN PRINSIP
KERJA SAMA DAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM FILM “SOE HOK GIE” KARYA RIRI RIZA
Disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kapita
Selekta Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Khusnul Khotimah, M.Pd.
Oleh
:
NITA
SARI
(1513500058)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Film merupakan satu bentuk situasi buatan atau tiruan yang
kemunculannya diinspirasi dari kehidupan sosial yang berkembang pada masanya.
Film juga merefleksikan gambaran tentang dunia nyata. Di dalam sebuah film terdapat dialog yang
merupakan percakapan antara dua orang atau lebih guna bertukar informasi. Di dalam proses
berkomunikasi terjadi peristiwa tutur atau tindak tutur. Menurut Suwito dalam Hermaji, (2015:26)
tindak tutur merupakan produk atau hasil dari suatu kalimat didalam kondisi
tertentu yang merupakan kesatuan terkecil dalam komunikasi.
Pematuhan prinsip kerja sama merupakan lawan dari pelanggaran
prinsip kerja sama. Pematuhan prinsip kerja sama dalam percakapan merupakan
bentuk interaksi yang banyak dilakukan untuk efektifitas dalam komunikasi. Menurut Chaer dalam Hermaji, (2015:62)
pertuturan akan berlangsung baik apabila penutur dan lawan tutur menaati
prinsip kerja sama. Namun seringkali maksim
kerja sama mulai dilanggar untuk hal tertentu yaitu pada saat penutur sengaja menggunakan
implikasi dalam berkomunikasi.
Penyampaian pesan dalam sebuah film menggunakan adanya implikasi untuk
membuat film lebih menarik dari segi bahasa. Penelitian terhadap film yang
dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan penggunaan bahasa sebagai media berinteraksi para tokoh-tokoh di
dalam film yang tertuang dalam dialog-dialognya. Dalam hal ini dialog-dialog yang
akan dikaji sebagai pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur percakapan diperoleh dari salah
satu film
Indonesia “Soe Hok Gie” karya Riri Riza.
Pemilihan film “Soe Hok Gie” karya Riri Riza dipilih sebagai objek penelitian
karena film ini mengandung aspek pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur
percakapan yang digunakan untuk menarik penonton dari segi bahasa. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk
meneliti film “Soe Hok Gie” dengan judul “Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan
Implikatur Percakapan Film Soe Hok Gie Karya Riri Riza”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, peneliti akan merumuskan beberapa masalah diantaranya:
1.
Apakah
alasan maksim dalam prinsip kerja sama dilanggar dalam film “Soe Hok Gie” karya
Riri Riza?
2.
Apa
saja jenis pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam percakapan film “Soe
Hok Gie” karya Riri Riza?
3.
Bagaimana
implikatur percakapan yang terdapat dalam dialog film “Soe Hok Gie” karya Riri Riza?
3. Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan
penelitian ini antara lain:
1.
Untuk
mengetahui alasan maksim dalam prinsip kerja sama dilanggar dalam film “Soe Hok
Gie” karya Riri Riza.
2.
Untuk
mengetahui jenis pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam percakapan
film “Soe Hok Gie” karya Riri Riza.
3.
Untuk
mengetahui implikatur percakapan yang terdapat dalam dialog film “Soe Hok Gie” karya Riri Riza.
4. Manfaat
Penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian ini antara lain:
1.
Manfaat Teoritis
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan mampu
memberikan suatu pengetahuan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip kerja sama, implikatur
percakapan, dan jenis pelanggaran prinsip kerja sama yang terdapat dalam
percakapan film “Soe Hok Gie” karya Riri Riza.
2.
Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat terhadap perkembangan ilmu bahasa khususnya pragmatik.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Pragmatik
Levinson
dalam Rahardi, (2002:48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang
mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Sedangakan, menurut Hermaji,
(2015:1) pragmatik merupakan bidang ilmu yang relatif baru di indonesia.
Pragmatik memiliki bidang kajian yang jelas yaitu bahasa, bahasa yang dikaji
dalam pragmatik lebih bersifat kongkret dan fungsional. Secara umum bidang
kajian pragmatik mencakup tindak tutur, implikatur percakapan, daya pragmatik,
tindak lokusi, ilokusi, dan perlokusi, praduga pragmatik, implikasi pragmatik,
prinsip-prinsip kerja sama, kesantunan berbahasa, parameter pragmatik, dan
deiksis.
2. Pengertian Prinsip Kerja Sama
Hermaji,
(2015:62) Prinsip kerja sama pada dasarnya merupakan prinsip yang menjelaskan
bahwa di dalam percakapan antara penutur (Pn) dan mitra tutur (Mt) harus ada
kesepahaman makna. Artinya, apa yang dimaksud oleh penutur harus sama dengan
apa yang dipahami oleh mitra tutur.
Untuk melaksanakan prinsip kerja sama di dalam
komunikasi, Grice dalam Rahardi (2002:52) berpendapat bahwa setiap peserta
tindak tutur harus mematuhi empat maksim. Empat maksim tersebut antara lain:
a.
Maksim Kuantitas (maxim of Quantity) adalah nasihat yang berisi anjuran agar peserta
percakapan memberikan jumlah kontribusi secara koheren sesuai dengan kebutuhan
di dalam percakapan.
b.
Maksim Kualitas (maxim of Quality) adalah maksim yang berisi nasihat agar peserta
tindak tutur (percakapan) memberikan kontribusi sesuai dengan bukti yang ada.
c.
Maksim Relevansi (maxim of Relevance) adalah maksim yang berisi nasihat agar peserta
tindak tutur (percakapan)memberikan kontribusi yang relevan dengan topik
pembicaraan.
d.
Maksim Pelaksanaan (maxim of Manner) adalah petuah atau
nasihat agar peserta tindak tutur berbicara secara langsung, tidak taksa, tidak
berlewah, dan tidak ganda, serta runtut.
3. Pengertian Implikatur Percakapan
Echois dalam
Hermaji, (2015:115) secara etimologis, implikatur berasal dari kata implikation yang berarti maksud,
pengertian dan keterlibatan. Grice dalam Rahardi, (2002:43) menyatakan bahwa
sebuah tuturan dapat mengimpikasikan proposisi yang diimplikasikan itu dapat
disebut dengan implikatur percakapan.
Chaer dalam
Hermaji, (2015:119) implikatur percakapan adalah adanya keterkaitan antara
ujaran penutur dan lawan tutur. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa implikatur
percakapan merupakan
implikasi pragmatik yang terdapat di dalam percakapan
yang timbul sebagai akibat terjadinya pelanggaran prinsip percakapan.
Berbagai macam
implikatur yang dikemukakan Grice dalam Cummings, (2007:20) dapat dibedakan
atas dasar sifat-sifat berikut: daya batal, daya kemustahilan, daya pisah, daya
hitung dan konvensionalitas. Sedangkan Grice dalam Hermaji (2015:119) dalam
teorinya membedakan implikatur percakapan atas tiga macam yaitu implikatur
konvensional, implikatur nonkonvensional dan praanggapan.
a.
Implikatur Konvensional adalah salah
satu jenis implikatur yang maknanya ditentukan oleh unsur atau satuan
pembentuknya (misalnya kata).
b.
Implikatur Nonkonvensional adalah salah
satu jenis implikatur yang maknanya lebih ditentukan oleh konteks yang
melingkupinya.
c.
Praanggapan adalah pemahaman tentang
praanggapan oleh mitra tutur karena adanya tuturan yang mempraanggapkan.
BAB III
PEMBAHASAN
1.
Alasan Maksim
dalam Prinsip Kerja Sama di Langgar pada Film “Soe Hok Gie” Karya Riri Riza
Dalam sebuah interaksi, pelanggaran
maksim-maksim dalam kerja sama sering terjadi. Pelanggaran tersebut dapat
terjadi karena disengaja maupun tidak disengaja.
Film “Soe Hok Gie” karya Riri Riza
dalam percakapannya banyak yang melanggar prinsip kerja sama, alasannya cukup kongkrit
yaitu untuk menarik penonton. Sebab film yang berdurasi 2 jam 20 menit 57
detik, memiliki alur yang rumit bagi orang awam ketika menonton film “Soe Hok
Gie” karya Riri Riza tanpa membaca novelnya terlebih dahulu.
Maka dari itu dengan adanya
pelanggaran prinsip kerja sama dalam percakapannya akan membuat suasana yang
lebih segar dan tidak terlalu hanyut dalam kesunyian maupun kerumitan alurnya.
2. Pelanggaran
Prinsip Kerja Sama Yang Terdapat dalam Percakapan Film “Soe Hok Gie” Karya Riri Riza
1.
Pelanggaran Maksim Kuantitas
dan Implikaturnya
a.
Sumbangan Informasi Tidak
Seinformatif yang Dibutuhkan
Gie :
“Tante, Ira ada?”
Tante :
“Ra ada Soe Ra, Tante pergi dulu silahkan masuk”.
Konteks :
Tuturan Gie dan Tante terjadi saat Gie mengetuk pintu rumah Ira dan yang
membuka pintu adalah tante Ira
Pada data di atas menurut
teori prinsip kerja sama tuturan Tante melanggar maksim kuantitas
yaitu sumbangan informasi tidak seinformatif yang dibutuhkan karena kontribusi
yang disumbangkannya di dalam percakapan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
atas pertanyaan yang diberikan oleh Gie. Seharusnya pertanyaan yang diajukan Gie dijawab terlebih dahulu.
b.
Sumbangan Informasi Melebihi
yang Dibutuhkan
-
Hans : “Kenapa si Gie loh
harus nglawan terus sebenarnya nilai loh gak jelek-jelek amat, jelekan nilai gue”.
Gie :
“Hans kita gak mungkin bisa hidup bebas seperti ini kalau bukan karena melawan.
Soekarno, Hatta, Shahrir mereka berani memberontak dan melawan, mereka berani
melawan semua kesewenang-wenangan”.
Konteks :
Tututran Hans dan Gie terjadi saat Gie dan Hans sedang ngobrol diatas gentang,
obrolan itu membahas nilai yang diperoleh Gie saat ulangan.
Pada data di atas menurut
teori prinsip kerja sama tuturan Gie melanggar maksim kuantitas. Gie dalam data di atas menurut makna kontekstualnya tidak kooperatif
karena memberikan kontribusi yang berlebihan. Pada data di atas telah melanggar
maksim kuantitas.
-
Herman : “Gie gue lama pengin
nanya sama loh, sebenarnya apa si perlawanan semua ini?”
Gie :
“Iya, gue jadi ingat tema kecil gue Man di Kebon Jeruk, dulu dia juga nanya
sama gue kenapa gue jadi suka protes padahal hidup gue lebih baik dari dia.
Sekarang gini Man kita punya pemimpin kita punya bapak yang kita akui sebagai
faming father di negri ini tapi buat gue bukan berarti dia punya kekuasaan
absolut untuk menentukan kehidupan kita, nasib kita apalagi kalau kita sadar
bahwa ada penyelewengan ketidak adilan kalau kita hanya menunggu, menerima
nasib. Kita tidak akan pernah tahu kesempatan apa yang sebenarnya yang kita
miliki dalam hidup ini. Sederhananya aku cuma ingin perubahan supaya hidup kita
lebih baik, satu-satunya cara adalah Soekarno harus jatuh”.
Konteks :
Tututran Herman dan Gie terjadi saat keduanya sedang berdiskusi. Herman ingin
menanyakan untuk apa perlawanan semua ini dilakukan. Diskusi ini terjadi pada
malam hari ketika Herman dan Gie sedang istirahat di perjalan hendak mendaki
gunung.
Pada data di atas menurut
teori prinsip kerja sama tuturan Gie melanggar maksim kuantitas. Gie dalam data di atas menurut makna kontekstualnya tidak kooperatif
karena memberikan kontribusi yang berlebihan. Jika tuturan Gie “Sederhananya aku cuma ingin perubahan supaya hidup kita lebih baik,
satu-satunya cara adalah Soekarno harus jatuh”. tuturan tersebut sesuai dengan maksud tuturan Herman dan makna
kontekstualnya,
Pada data di atas telah
melanggar maksim kuantitas. Implikatur percakapan yang muncul dari
tuturan Gie tersebut adalah latar belakang seorang Gie yang
mengetahui lebih banyak hal tentang sejarah karena Gie banyak membaca buku.
Tuturan Gie tersebut mengandung implikatur, yaitu memberitahukan.
2.
Pelanggaran Maksim Relevansi dan Implikaturnya
a.
Sumbangan Informasi Tidak Relevan dengan Topik Pembicaraan
Gie :
“Hans kita gak mungkin bisa hidup bebas seperti ini kalau bukan karena melawan.
Soekarno, Hatta, Shahrir mereka berani memberontak dan melawan, mereka berani
melawan semua kesewenang-wenangan”.
Hans : “Eh, iya
Gie pantai itu ada dimana ya?”
Konteks :
Tututran Hans dan Gie terjadi saat Gie dan Hans sedang ngobrol diatas gentang,
obrolan itu membahas nilai yang diperoleh Gie saat ulangan.
Pada data di atas menurut
teori prinsip kerja sama tuturan Hans melanggar maksim relevansi. Hans dalam data di atas menurut makna kontekstualnya tidak kooperatif
karena memberikan kontribusi yang tidak relevan dengan topik pembicaraan.
3. Implikatur
Percakapan yang Terdapat dalam Film “Soe Hok Gie” Karya Riri Riza
a.
Impikatur
Nonkonvensional
-
Gie : “Tante,
Ira ada?”
Tante :
“Ra ada Soe Ra, Tante pergi dulu silahkan masuk”.
Implikasi
nonkonvensinal yang terdapat didalam percakapan di atas yaitu pada ujaran “Ra
ada Soe Ra, Tante pergi dulu silahkan masuk” karena ujaran tersebut tidak
sesuai dengan konteks yang dimaksud oleh penutur.
-
Gie : “Hans kita gak
mungkin bisa hidup bebas seperti ini kalau bukan karena melawan. Soekarno,
Hatta, Shahrir mereka berani memberontak dan melawan, mereka berani melawan
semua kesewenang-wenangan”.
Hans : “Eh, iya Gie pantai itu ada dimana
ya?”
Implikasi
nonkonvensinal yang terdapat didalam percakapan di atas yaitu pada ujaran “Eh,
iya Gie pantai itu ada dimana ya?” karena ujaran tersebut tidak sesuai dengan
konteks yang dimaksud oleh penutur.
b.
Implikatur Konvensional
Hans :
“Kenapa si Gie loh harus nglawan terus sebenarnya nilai loh gak jelek-jelek amat, jelekan nilai gue”.
Gie :
“Hans kita gak mungkin bisa hidup bebas seperti ini kalau bukan karena melawan.
Soekarno, Hatta, Shahrir mereka berani memberontak dan melawan, mereka berani
melawan semua kesewenang-wenangan”.
Implikatur percakapan yang muncul dari tuturan Gie tersebut adalah latar belakang seorang Gie yang
mengetahui lebih banyak hal tentang sejarah karena Gie banyak membaca buku.
Tuturan Gie tersebut mengandung implikatur, yaitu memberitahukan.
BAB IV
PENUTUP
1.
Simpulan
Berdasarkan
pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penelitian
dapat disimpulkan bahwa dalam film “Soe Hok Gie” karya Riri Riza terdapat
berbagai macam
implikatur percakapan yang timbul karena pelanggaran prinsip kerja sama. Dalam film “Soe Hok Gie” karya Riri Riza ditemukan pelanggaran prinsip kerja sama, yaitu maksim
kuantitas dan maksim relevansi. Pelanggaran maksim kuantitas lebih
banyak ditemukan karena penutur dan lawan tutur tidak mengikuti prinsip kerja sama.
Implikatur
percakapan yang ditemukan dalam film “Soe Hok Gie” karya Riri Riza adalah implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional. Hal ini
membuktikan bahwa percakapan yang tidak menjalankan prinsip kerja sama akan
menghasilkan implikatur dalam sebuah percakapan.
2. Saran
Karena keterbatasan ruang lingkup penelitian ini, tidak
semua jenis pelanggaran prinsip kerja sama dibahas secara tuntas. Masih banyak
jenis-jenis yang harus dikaji secara lebih mendalam. Jenis pelanggaran prinsip
kerja sama diantaranya maksim kualitas dan maksim pelaksanaan. Hal tersebut
membuka peluang bagi peneliti lain yang berminat untuk mengkaji jenis
pelanggaran prinsip kerja sama secara mendalam dan lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Anggriawan, Dede. 2013. Sinopsis Film Gie. http://dedeanggriawan.blogspot.co.id/2013/04/sinopsis-film-gie.html. 25 Mei 2016.
Cumming, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Hermaji, Bowo. 2015. Teori Pragmatik. Semarang: Tunas Puitika Publishing.
Rahardi, Kunjana. 2002. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar