Rabu, 08 Juni 2016

Prestasi Seorang Gadis Miskin ( Feature )



Parasnya yang ayu, ramah, sholehah, dan pintar tidak membuatnya ia tinggi hati kebiasaan yang baik membuat iri siapapun yang melihatnya ada hati yang sungguh mulia. Ibunya telah mendidik putrid sulunya itu menjadi wanita yang berhati mulia, walau ia membesarkan putrinya hanya seorang diri, rasa sabar dan ikhlas yang keluar dari seorang ibu membuatnya ia merasa bangga mempunyai putrid yang berhati emas nan ayu.
            Putri sulungnya bernama Hanum, ia seorang gadis berusia 19 tahun kini sedang melanjutkan studinya di Universitas Diponegoro jurusan sastra inggris, Hanum berasal dari keluarga yang serba kurang sebagai anak sulung dan mempunyai dua adik semestinya ia masih membutuhkan sesosok Ayah namun tuhan berkata lain Ayahnya telah pulang terlebih dulu sewaktu ia masih duduk di bangku SMP.
            Terpukul! Perasaan itulah yang Hanum rasakan saat ia mengetahui Ayahnya meninggal Hanum berfikir dari mana ia dan adik-adiknya makan, sekolah, sedangkan yang selama ini mencari nafkah telah tiada. Untuk menyambung hidup saat ini Ibunya mulai berdagang pecel, setiap hari setelah pulang sekolah ia selalu membantu ibunya berdagang pecel keliling, wajah yang penuh cucuran keringat namun Hanum selalu Nampak semangat membantu Ibunya.
            Aktivitas pagi sampai sore yang mungkin tidak ada jeda tetapi Hanum selalu menyempatkan waktunya untuk belajar, lembar demi lembar ia telaten membaca buku walau mata terlihat sayu dan sesekali menguap pertanda ia membutuhkan istirahat namun Hanum berusaha sebisa mungkin untuk belajar.
            Fajar mulai Nampak, gubug reotnya di bagian belakang mulai berglotak-glotak, kesibukan pagi itu segera di mulai seperti biasa jadwal kegiatan sehari-hari terpampang rapi di depan pintu pagar kamarnya. Subuh-subuh setelah sholat Hanum langsung mengayuh sepedanya ke pasar membeli aneka sayuran yang akan di buat pecel oleh ibunya. Sementara ibunya masak untuk sarapan ia dan adik-adiknya, sepulang dari pasar Hanum bergegas untuk bersiap ke sekolah.
            Kebiasaan itu setiap harinya ia lakukan sejak Ayahnya meninggal Hanum tercatat anak yang berprestasi. Ketekunan dan keuletannya membuat ia sukses di bidang akademik, ia lulus SMA dengan nilai terbaik. Orang-orang di sekelilingnya bangga tidak terkecuali Ibunya. Ibunya menangis terharu melihat anaknya menjadi kebanggaan semua orang. Bahkan ia masuk sebagai mahasiswa bidikmisi jurusan sastra inggris  Universitas Diponegoro ia mengantongi sejumlah prestasi yang luar biasa. dan kini ia tinggal di pondok pesantren. Kekurangannya tidak menjadi penghalang untuk berprestasi dan menjadi yang lebih baik.

2 komentar: